1 Jul 2015

PARADIGMA DALAM KOMUNIKASI MASSA (02): Implikasi Metodologis

Paradigma Dominan menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis variabel, yakni hubungan kausalitas, didasarkan pada prosedur dan aturan baku, deduktif, serta bebas nilai sehingga bisa digeneralisisasi. Sedangkan Paradigma Kritis menggunakan metodologi kualitatif, interpretatif, induktif, dan tidak bebas nilai serta tidak dapat bisa digeneralisisasi, misalnya karena bersifat ideografis. Metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian paradigma dominan antara lain eksperimen dan survey, sedangkan pada paradigma kritis cenderung dialogis. (Lubis:  2014)
Paradigma Dominan banyak mengangkat isu-isu terkait pandangan media sebagai penyebab masalah sosial atau sebagai sarana persuasi, sedangkan isu-isu pada Paradigma Kritis mengarah ke teori-teori budaya dan politik ekonomi.
Penelitian-penelitian dalam Paradima Dominan berkisar di pengukuran perilaku (behaviouris). Ini terkait lagi dengan model transmisi, dimana efek pesan media ditujukan untuk mempersuasi atau mengubah perilaku khalayak. Sedangkan dalam Paradigma Kritis, perhatian luas diberikan terhadap ketidaksetaraan dan sumber oposisi di masyarakat. Paradigma Kritis berfokus pada eksploitasi pada pihak yang lemah yang dirugikan oleh pihak dominan.
Paradigma Dominan mengombinasikan kemajuan metode pengukuran mental (sikap atau perilaku individu) dan analisis statistik sebagai alat generalisasinya. Metode ini dipandang mampu mengukur pengaruh media massa dan efektivitasnya dalam persuasi dan perubahan sikap, sejalan dengan model transmisi. Model transmisi menyebabkan para ilmuwan komunikasi menjadi kausal-linear, berfokus pada efek komunikasi massa (Rogers, 1986:7). Pendekatan penelitian dalam Paradigma Dominan adalah pendekatan kuantitatif dan analisis variabel dengan tujuan utama penelitian: peningkatan efektivitas komunikasi massa dan penilaian apakah media massa merupakan penyebab masalah sosial. Sebab utama inefektivitas komunikasi massa diduga adalah peran mediasi kelompok sosial dan hubungan pribadi. Menurut Gitlin (1978), kegagalan penelitian ini berdampak positif bagi checks and balances dari status quo penelitian empiris (McQuail: 2010).
Paradigma Kritis didasarkan pada pandangan komunikasi sharing dan ritual, bukan hanya transmisi. Paradigma ini memperluas berbagai metode dan pendekatan untuk budaya populer dalam segala aspeknya, dengan interaksi dan keterlibatan antara pengalaman media dan sosial-budaya sebagai pusatnya. Penelitian dalam Paradigma Kritis menggunakan pendekatan kualitatif, baik dalam budaya, wacana atau etnografi penggunaan media massa. Perubahan teknologi juga mendorong cara baru berpikir tentang komunikasi massa. Hal ini dapat dilihat sebagai dominasi ekonomi dan budaya (McQuail: 2010).
Teori Ilmiah (Paradigma Dominan) mengeksplanasi dan memprediksi suatu fenomena sosial dalam rantai kausalitas untuk tujuan mengontrol fenomena tersebut, sedangkan Paradigma Kritis melakukan eksplanasi dalam artian lain, tentang adanya kondisi seperti kesadaran palsu, untuk tujuan pencerahan, emansipasi manusia, agar para pelaku sosial menyadari pemaksaan tersembunyi, dsb.

Paradigma Dominan berangkat dari pandangan bahwa khalayak sebagai sebuah populasi yang luas atau besar yang dibentuk oleh media dan bersifat homogen. Media memiliki kekuatan luar biasa dalam mengendalikan khalayak. Pesan media yang sama diasumsikan akan menimbulkan efek yang sama bagi khalayak. Teori-teori dalam Paradigma Dominan antara lain teori agenda setting, spiral of silence, dan kultivasi. Teori-teori dalam Paradigma Kritis antara lain theory of false conscious (ideology critique), yang terdiri atas teori-teori tentang bagaimana kesadaran diri sekelompok individu sebenarnya merupakan kesadaran palsu; theory of crisis yang intinya berupaya menguraikan konsepsi tentang krisis sosial; theory of education yang bertujuan menyajikan deskripsi tentang kondisi-kondisi yang diperlukan dan mencukupi bagi pencerahan masyarakat, dan theory of transformative action, yang bertujuan mengisolasi aspek-aspek tertentu dalam masyarakat yang harus diubah untuk mengatasi krisis sosial (Hidayat: 2005).

Bahan bacaan:
Hidayat, Dedy N. 2005. Teori dan Penelitian dalam Teori-teori Kritis, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi UI Volume IV/No.2 Mei-Agustus 2005. Jakarta. Universitas Indonesia.
Littlejohn. Stephen W. 2002. Theories of Human Communication, 7th Edition, Wadsworth Thompson Learning.
Lubis, Akhyar Y. 2014. Filsafat Ilmu, Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta. Rajawali Pers.

McQuail, D. 2010 McQuail’s Mass Communication Theory, 6th Edition. Halaman  52 s.d. 76. London. Sage Publications.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar