Paradigma Dominan
menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis variabel, yakni hubungan
kausalitas, didasarkan pada prosedur dan aturan baku, deduktif, serta bebas
nilai sehingga bisa digeneralisisasi. Sedangkan Paradigma Kritis menggunakan
metodologi kualitatif, interpretatif, induktif, dan tidak
bebas nilai serta tidak dapat bisa digeneralisisasi, misalnya karena bersifat
ideografis. Metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian paradigma dominan
antara lain eksperimen dan survey, sedangkan pada paradigma kritis cenderung
dialogis. (Lubis: 2014)
Paradigma Dominan banyak
mengangkat isu-isu terkait pandangan media sebagai penyebab masalah sosial atau
sebagai sarana persuasi, sedangkan isu-isu
pada Paradigma Kritis mengarah ke teori-teori budaya dan politik ekonomi.
Penelitian-penelitian
dalam Paradima Dominan berkisar di pengukuran perilaku (behaviouris).
Ini terkait lagi dengan model transmisi, dimana efek pesan media ditujukan
untuk mempersuasi atau mengubah perilaku khalayak. Sedangkan dalam Paradigma
Kritis, perhatian luas diberikan terhadap
ketidaksetaraan dan sumber oposisi di masyarakat.
Paradigma Kritis berfokus pada eksploitasi pada pihak yang lemah yang dirugikan
oleh pihak dominan.
Paradigma Dominan mengombinasikan kemajuan
metode pengukuran mental (sikap atau perilaku individu) dan analisis statistik
sebagai alat generalisasinya. Metode ini dipandang mampu mengukur pengaruh
media massa dan efektivitasnya dalam persuasi dan perubahan sikap, sejalan
dengan model transmisi. Model transmisi menyebabkan
para ilmuwan komunikasi menjadi
kausal-linear, berfokus pada efek komunikasi
massa (Rogers, 1986:7). Pendekatan penelitian dalam Paradigma
Dominan adalah pendekatan kuantitatif dan analisis
variabel dengan tujuan utama penelitian: peningkatan
efektivitas komunikasi massa dan penilaian apakah media massa merupakan penyebab masalah sosial.
Sebab utama inefektivitas komunikasi massa diduga adalah peran mediasi kelompok sosial dan hubungan pribadi. Menurut Gitlin (1978),
kegagalan penelitian ini berdampak
positif bagi checks and
balances dari status
quo penelitian empiris
(McQuail: 2010).
Paradigma Kritis didasarkan
pada pandangan komunikasi sharing dan ritual, bukan hanya transmisi. Paradigma ini
memperluas berbagai metode dan pendekatan untuk budaya populer dalam segala aspeknya,
dengan interaksi dan keterlibatan antara pengalaman media dan sosial-budaya sebagai pusatnya. Penelitian
dalam Paradigma Kritis menggunakan pendekatan kualitatif, baik dalam budaya, wacana atau etnografi penggunaan media massa. Perubahan teknologi juga mendorong cara baru berpikir tentang komunikasi massa. Hal ini dapat dilihat sebagai dominasi ekonomi dan budaya (McQuail: 2010).
Teori Ilmiah
(Paradigma Dominan) mengeksplanasi dan memprediksi suatu fenomena sosial dalam
rantai kausalitas untuk tujuan mengontrol fenomena tersebut, sedangkan
Paradigma Kritis melakukan eksplanasi dalam artian lain, tentang adanya kondisi
seperti kesadaran palsu, untuk tujuan pencerahan, emansipasi manusia, agar para
pelaku sosial menyadari pemaksaan tersembunyi, dsb.
Paradigma Dominan
berangkat dari pandangan bahwa khalayak sebagai sebuah populasi yang luas atau
besar yang dibentuk oleh media dan bersifat homogen. Media memiliki kekuatan
luar biasa dalam mengendalikan khalayak. Pesan media yang sama diasumsikan akan
menimbulkan efek yang sama bagi khalayak. Teori-teori dalam Paradigma Dominan
antara lain teori agenda setting, spiral of silence, dan kultivasi.
Teori-teori dalam Paradigma Kritis antara lain theory of false conscious
(ideology critique), yang terdiri atas teori-teori tentang bagaimana
kesadaran diri sekelompok individu sebenarnya merupakan kesadaran palsu; theory
of crisis yang intinya berupaya menguraikan konsepsi tentang krisis sosial;
theory of education yang bertujuan menyajikan deskripsi tentang
kondisi-kondisi yang diperlukan dan mencukupi bagi pencerahan masyarakat, dan theory
of transformative action, yang bertujuan mengisolasi aspek-aspek tertentu
dalam masyarakat yang harus diubah untuk mengatasi krisis sosial (Hidayat:
2005).
Bahan bacaan:
Hidayat, Dedy N. 2005. Teori dan Penelitian dalam Teori-teori Kritis,
Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi UI Volume IV/No.2 Mei-Agustus 2005. Jakarta.
Universitas Indonesia.
Littlejohn. Stephen W. 2002. Theories of Human Communication, 7th Edition, Wadsworth
Thompson Learning.
Lubis, Akhyar Y. 2014. Filsafat Ilmu, Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta.
Rajawali Pers.
McQuail, D. 2010 McQuail’s Mass Communication Theory, 6th Edition.
Halaman 52 s.d. 76. London. Sage
Publications.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar