14 Jul 2015

Perbedaan Kajian Sintaktik dan Pragmatik

Sintaktik (atau Sintaksis) adalah cabang dari Semiotika yang mempelajari hubungan formal antartanda yang merupakan kaidah untuk mengendalikan pelafalan dan penafsiran. Sintaktik kurang lebih semakna dengan gramatika atau tata bahasa. Pragmatik juga merupakan cabang Semiotika yang mempelajari hubungan tanda dengan penggunanya serta penggunaannya dalam situasi tertentu.
Sintaktik mempelajari hubungan antartanda, bagaimana tanda diorganisasikan dalam sebuah sistem tanda (tata bahasa), bagaimana tanda saling berhubungan satu sama lain yang dapat memunculkan makna baru, sedangkan Pragmatik tentang penggunaan, pengorganisasian, dan pemahaman atas tanda dalam kehidupan sehari-hari, pengaruhnya dalam perilaku, serta bagaimana orang-orang membentuk tanda dan makna dalam interaksi mereka. Ellis dalam Littlejohn (2002) menyampaikan perbedaan antara kajian atau pedoman dalam Sintaktik dengan Pragmatik, yaitu dilihat dari segi makna, struktur, konteks, fragmentasi-integrasi, komprehensi, pemikiran, tingkat keterlibatan, level perencanaan, dan literatur atau oral.
Dari segi makna, Sintaktik memandang makna ada pada pesan, teks, atau tanda, sedangkan Pragmatik memandang makna ada pada individu. Dalam Sintaktik, aturan yang lengkap dan formal tidak memberi kesempatan untuk menegosiasikan makna dalam pesan yang disampaikan. Makna ada di dalam kata atau teks itu sendiri. Sedangkan dalam Pragmatik, dimungkinkan pemaknaan individu satu berbeda dengan pemaknaan individu lain karena makna ada dalam orang atau individu.
Dari segi struktur, Sintaktik eksplisit, sedangkan Pragmatik implisit. Dalam Sintaktik, ada struktur tentang kata, frasa, klausa dan kalimat secara eksplisit, jelas, sedangkan aturan tentang struktur dalam Pragmatik bersifat implisit.
Dari segi konteks, Sintaktik low-context, sedangkan Pragmatik high-context. Sintaktik terdiri dari seperangkat aturan yang memungkinkan orang berkomunikasi dalam segala situasi. Sebuah buku masih dapat dibaca dan dipahami walaupun penulisnya telah meninggal, karena tanda (tulisan) dalam buku tersebut terikat secara Sintaktik. Low context dapat dipahami pula sebagai atribusi umum dari makna, bahwa kata-kata mempunyai makna yang diterima dan dipahami seragam secara umum. Dalam pragmatik, makna tanda, kata, kalimat, pesan selalu dikaitkan dengan konteks (situasi) dimana pesan tersebut terjadi, misalnya, istilah atau sorakan “Bunuh!” pada pertandingan tinju bukan berarti benar-benar dibunuh (sampai meninggal). Sementara ‘bunuh’ dalam Sintaktik berarti ‘menghilangkan nyawa’ atau ‘membuat meninggal’. High context yang dimaksud terkait satu kata yang dapat memiliki banyak arti atau makna, tergantung situasi atau konteks pemakaiannya.
Dari segi fragmentasi-integrasi, Sintaktik terintegrasi, sedangkan Pragmatik terfragmentasi. Dalam Sintaktik, hubungan dalam kalimat antarsubjek-predikat-objek terintergrasi, teratur, semisal “Apakah kamu sudah makan nasi?” Sedangkan dalam Pragmatik, dapat saja dipotong-potong dan sudah cukup bermakna, seperti “Sudah makan?” (tidak ada subjek) atau bahkan satu kata, semisal “Mau?”.
Dari segi komprehensi, Sintaktik mengikat leksikal internal (kohesi), sedangkan Pragmatik menghubungkan bahasa dengan pengalaman. Orang memahami tanda dalam Sintaktik berdasarkan pengetahuannya tentang gramatika atau tata bahasa, huruf dengan huruf, kata dengan kata (kata benda, kata kerja, keterangan), kalimat dengan kalimat. Dokumen kontrak adalah contoh penggunaan tanda Sintaktik. Pragmatik digunakan dalam percakapan dalam kelompok tertentu yang cenderung mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang sama, misalnya bahasa di lingkungan gay atau bahasa anak gaul semisal keleus, kepo, tidak dapat dipahami oleh orang umum secara leksikal.
Dari segi pemikiran, Sintaktik bersifat logis, sedangkan Pragmatik bersifat subjektif-organik. Dalam Sintaktik, tanda atau simbol berhubungan secara logis dengan objek referennya sehingga dapat dimengerti oleh orang pada umumnya. Dalam Pragmatik, tanda atau simbol berhubungan secara subjektif dengan individu.
Dari segi tingkat keterlibatan, pada Sintaktik tingkat keterlibatan tinggi, sedangkan Pragmatik lepas. Dalam Pragmatik, keterlibatan emosional penuh, misalnya dalam percakapan antara orang tua dengan anaknya atau percakapan dua orang sahabat. Dalam Sintaktik, lebih sering tanpa rasa, kurang melibatkan emosi, misalnya ketika membaca buku teks.
Dari segi level perencanaan, Sintaktik terencana, sedangkan Pragmatik tidak terrencana. Dalam Sintaktik, harus direncanakan atau diatur dengan baik, susunan kalimatnya. Sedangkan dalam Pragmatik, jawaban atas pertanyaan kadang tidak terduga karena tidak terlalu direncanakan.

Dari segi literal atau oral, Sintaktik cenderung literal, sedangkan Pragmatik cenderung oral. Sintaktik cenderung digunakan dalam bahasa tulis, walaupun terkadang digunakan juga dalam bahasa lisan resmi, semisal dalam pidato kenegaraan (ini pun biasanya berdasarkan teks tertulis). Pragmatik cenderung digunakan dalam praktik percakapan sehari-hari.

Daftar referensi:

Littlejohn, Stephen W. 2002. Theories of Human Communication, 7th Edition, Wadsworth Thompson Learning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar