Sintaktik (atau Sintaksis) adalah cabang dari Semiotika
yang mempelajari hubungan formal antartanda yang merupakan kaidah untuk
mengendalikan pelafalan dan penafsiran. Sintaktik kurang lebih semakna dengan
gramatika atau tata bahasa. Pragmatik juga merupakan cabang Semiotika yang
mempelajari hubungan tanda dengan penggunanya serta penggunaannya dalam situasi
tertentu.
Sintaktik mempelajari hubungan antartanda, bagaimana
tanda diorganisasikan dalam sebuah sistem tanda (tata bahasa), bagaimana tanda
saling berhubungan satu sama lain yang dapat memunculkan makna baru, sedangkan Pragmatik tentang penggunaan, pengorganisasian, dan pemahaman atas
tanda dalam kehidupan sehari-hari, pengaruhnya dalam perilaku, serta bagaimana
orang-orang membentuk tanda dan makna dalam interaksi mereka. Ellis dalam
Littlejohn (2002) menyampaikan perbedaan antara kajian atau pedoman dalam Sintaktik
dengan Pragmatik, yaitu dilihat dari segi makna, struktur, konteks,
fragmentasi-integrasi, komprehensi, pemikiran, tingkat keterlibatan, level
perencanaan, dan literatur atau oral.
Dari segi makna, Sintaktik memandang makna ada
pada pesan, teks, atau tanda, sedangkan Pragmatik memandang makna ada pada
individu. Dalam Sintaktik, aturan yang lengkap dan formal tidak memberi
kesempatan untuk menegosiasikan makna dalam pesan yang disampaikan. Makna ada
di dalam kata atau teks itu sendiri. Sedangkan dalam Pragmatik, dimungkinkan
pemaknaan individu satu berbeda dengan pemaknaan individu lain karena makna ada
dalam orang atau individu.
Dari segi struktur, Sintaktik eksplisit,
sedangkan Pragmatik implisit. Dalam Sintaktik, ada struktur tentang kata,
frasa, klausa dan kalimat secara eksplisit, jelas, sedangkan aturan tentang struktur
dalam Pragmatik bersifat implisit.
Dari segi konteks, Sintaktik low-context,
sedangkan Pragmatik high-context. Sintaktik terdiri dari seperangkat
aturan yang memungkinkan orang berkomunikasi dalam segala situasi. Sebuah buku
masih dapat dibaca dan dipahami walaupun penulisnya telah meninggal, karena
tanda (tulisan) dalam buku tersebut terikat secara Sintaktik. Low context
dapat dipahami pula sebagai atribusi umum dari makna, bahwa kata-kata mempunyai
makna yang diterima dan dipahami seragam secara umum. Dalam pragmatik, makna
tanda, kata, kalimat, pesan selalu dikaitkan dengan konteks (situasi) dimana
pesan tersebut terjadi, misalnya, istilah atau sorakan “Bunuh!” pada
pertandingan tinju bukan berarti benar-benar dibunuh (sampai meninggal).
Sementara ‘bunuh’ dalam Sintaktik berarti ‘menghilangkan nyawa’ atau ‘membuat
meninggal’. High context yang dimaksud terkait satu kata yang dapat
memiliki banyak arti atau makna, tergantung situasi atau konteks pemakaiannya.
Dari segi fragmentasi-integrasi, Sintaktik terintegrasi,
sedangkan Pragmatik terfragmentasi. Dalam Sintaktik, hubungan dalam kalimat
antarsubjek-predikat-objek terintergrasi, teratur, semisal “Apakah kamu sudah
makan nasi?” Sedangkan dalam Pragmatik, dapat saja dipotong-potong dan sudah cukup
bermakna, seperti “Sudah makan?” (tidak ada subjek) atau bahkan satu kata,
semisal “Mau?”.
Dari segi komprehensi, Sintaktik mengikat
leksikal internal (kohesi), sedangkan Pragmatik menghubungkan bahasa dengan
pengalaman. Orang memahami tanda dalam Sintaktik berdasarkan pengetahuannya
tentang gramatika atau tata bahasa, huruf dengan huruf, kata dengan kata (kata
benda, kata kerja, keterangan), kalimat dengan kalimat. Dokumen kontrak adalah
contoh penggunaan tanda Sintaktik. Pragmatik digunakan dalam percakapan dalam
kelompok tertentu yang cenderung mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
sama, misalnya bahasa di lingkungan gay atau bahasa anak gaul semisal keleus,
kepo, tidak dapat dipahami oleh orang umum secara leksikal.
Dari segi pemikiran, Sintaktik bersifat logis,
sedangkan Pragmatik bersifat subjektif-organik. Dalam Sintaktik, tanda atau
simbol berhubungan secara logis dengan objek referennya sehingga dapat
dimengerti oleh orang pada umumnya. Dalam Pragmatik, tanda atau simbol berhubungan
secara subjektif dengan individu.
Dari segi tingkat keterlibatan, pada Sintaktik
tingkat keterlibatan tinggi, sedangkan Pragmatik lepas. Dalam Pragmatik,
keterlibatan emosional penuh, misalnya dalam percakapan antara orang tua dengan
anaknya atau percakapan dua orang sahabat. Dalam Sintaktik, lebih sering tanpa
rasa, kurang melibatkan emosi, misalnya ketika membaca buku teks.
Dari segi level perencanaan, Sintaktik terencana,
sedangkan Pragmatik tidak terrencana. Dalam Sintaktik, harus direncanakan atau
diatur dengan baik, susunan kalimatnya. Sedangkan dalam Pragmatik, jawaban atas
pertanyaan kadang tidak terduga karena tidak terlalu direncanakan.
Dari segi literal atau oral, Sintaktik cenderung
literal, sedangkan Pragmatik cenderung oral. Sintaktik cenderung digunakan
dalam bahasa tulis, walaupun terkadang digunakan juga dalam bahasa lisan resmi,
semisal dalam pidato kenegaraan (ini pun biasanya berdasarkan teks tertulis). Pragmatik
cenderung digunakan dalam praktik percakapan sehari-hari.
Daftar referensi:
Littlejohn, Stephen
W. 2002. Theories of Human Communication, 7th Edition, Wadsworth
Thompson Learning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar