Ada tiga implikasi pada definisi komunikasi dari tujuh pasang aksioma yang
dianalisis oleh John W. Bowners dan James J. Bradac tersebut. Pertama, tentang
sejauh mana intensionalitas (niat/tujuan) dijadikan kriteria dalam definisi
komunikasi. Dari kajian literaturnya, disimpulkan bahwa mayoritas ahli mensyaratkan
intensionalitas dalam definisi komunikasi, baik secara eksplisit maupun
implisit. Misalnya, seseorang yang berpidato, apakah intensinya adalah
‘berpidato’ itu sendiri atau yang dimaksud intensinya adalah ‘untuk mengubah
perilaku orang’. Lebih lanjut, mereka berdua mempertanyakan, terkait dengan
syarat intensi ini, bagaimana dengan (posisi) aksi dan mosi (motion)
dalam definisi komunikasi. Aksi adalah tindakan dengan tujuan aktif yang
berasal dari dalam diri, sedangkan motion adalah tindakan dengan tujuan
yang disebabkan oleh faktor luar tertentu. Salah satu ataukah keduanya yang termasuk
syarat intensi dalam komunikasi. Pertanyaan yang lain adalah apakah intensi
tersebut mencakup intensi dari pengirim (sender) dan penerima (receiver)
atau hanya salah satunya. Kemudian, penetapan adanya intensi itupun tidaklah
mudah. Cara yang menarik adalah intersubjective reliability, yaitu apakah
pemaknaan kita sama dengan pemaknaan sejumlah orang lain. Mereka menyarankan cara
untuk mengatasi persoalan intensi, yaitu mengganti ‘intensi’ dengan ‘atribusi
intensi’, yakni dugaan atas maksud perilaku orang lain (yang belum tentu sama
dengan intensi orang tersebut) seperti misalnya pada komentar para pengamat
politik atas peristiwa-peristiwa politik.
Implikasi definisi yang
kedua, Bowners dan Bradac juga mendapatkan bahwa perilaku simbolis merupakan
salah satu bagian penting definisi komunikasi, atas dasar keterlibatan
informasi dan pemaknaan. Dalam arti sempit, perilaku simbolis adalah ucapan
yang bertujuan, sedangkan dalam arti luas, segala seuatu yang diinterpretasikan
oleh orang lain. Implikasi definisi yang ketiga, adalah perbedaan Komunikasi
dengan Retorika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar