Ferdinand de Saussure membangun fondasi klasik
tentang studi Sintaktik. Di antara pokok-pokok pemikirannya antara lain bahwa signs (tanda), termasuk
bahasa, dan makna bersifat arbitrary (arbitrer/sewenang-wenang).
Tanda tidak mendesain sesuatu di luar dirinya sendiri, melainkan
menstrukturkan realitas. Tanda tidak bersifat referensial. tidak ada hubungan antara tanda dan objek referennya. Dua
kata dalam dua bahasa yang berbeda dapat merujuk pada benda yang sama, semisal ‘rumah’
(Bahasa Indonesia) dan ‘house’ (English) merujuk pada benda yang
sama. Sebaliknya, dua kata yang sama dalam bahasa yang berbeda dapat merujuk
pada benda yang berbeda, seperti ‘air’ dalam Bahasa Indonesia berbeda dengan ‘air’
dalam Bahasa Inggris yang berarti udara. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara kata dengan makna atau benda yang dirujuk (direferensikan). Makna ditentukan oleh konvensi. Tanda, termasuk bahasa, arbitrer, merupakan konvensi yang diatur. Bahasa terpisah dari realitas. Bahasa adalah
sebuah sistem terstruktur yang merepresentasikan realitas. Namun, Bahasa tidak arbitrer absolut,
dalam artian, aturan-aturan dibuat berdasarkan kesepakatan bersama (konvensi).
Bahasa dideskripsikan dalam syarat struktural
tertentu, dalam sistem formal yang ketat. Bahasa merupakan struktur (suara, kata, kalimat, hubungan antar kalimat) dan
antara bahasa dan realitas terpisah.
Gramatika, aturan tentang Sintaktik dalam Bahasa Indonesia, misalnya,
diwujudkan dalam bentuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Difference, merupakan kunci untuk
memahami sistem struktur bahasa. Perbedaan satu huruf inisial (dan tentu juga
bunyi/pelafalannya) pada kata pekat, lekat, dekat, dan sekat, misalnya, membuat
empat kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Sistem yang dibentuk dari
perbedaan/pembedaan-pembedaan ini membentuk struktur bahasa, lisan maupun
tulisan. Objek yang berbeda didentifikasi oleh tanda yang berbeda (dalam suatu
bahasa).
Ada perbedaan antara bahasa formal (langue)
dengan penggunaan aktualnya dalam komunikasi (parole). Langue atau bahasa adalah sistem formal yang
dapat dianalisis terpisah dari penggunaannya sehari-hari. Perbedaan langue dan parole ada pada
persoalan stabilitas makna (synchrony dan diachrony). Langue bersifat stabil dan
sinkron. Sedangkan parole atau ucapan adalah penggunaan aktual bahasa
untuk mencapai tujuan. Parole bersifat diakroni, berubah secara konstan tergantung
situasi. Parole diciptakan penggunanya, langue tidak. Contoh langue adalah kata ‘kursi’ yang
secara denotatif mengandung makna jelas ‘kursi’ (tempat duduk), sedangkan parole,
misalnya penggunaan kata ‘kursi’ secara konotatif untuk menunjuk ‘jabatan’.
Contoh lain parole adalah penggunaan kata ‘bening’ di kalangan anak muda
yang merujuk pada arti ‘cantik’ (bukan arti bening yang sebenarnya dalam langue,
jernih, tidak berwarna), juga kata ‘apel Malang’ yang berarti rupiah dan ‘apel
Washington’ yang berarti dollar di kalangan koruptor, bukan jenis buah.
Linguistik adalah studi tentang langue,
bukan parole. Parole tidak sesuai untuk studi scientifik. Menurut Saussure dalam Littlejohn (2002),
persepsi dan pandangan tentang realitas dikonstruksikan oleh kata-kata dan
tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Makna dari tanda sangat
dipengharuhi oleh tanda-tanda lainnya. Fakta diakronik tidak relevan dengan
studi tanda yang memerlukan studi/deskripsi sinkronik.
Pokok-pokok pemikiran Ferdinand de Saussure
menjadi dasar para teoris mengembangkan struktur linguistik. Level analisis
dalam studi ini adalah fonetik (suara ucapan/lafal). Sekelompok fonetik
membentuk fonem, yang merupakan ‘dasar bangunan’/pondasi setiap bahasa. Dialog
yang mengandung sejumlah fonem menurut aturan membentuk morfem, yang merupakan
unit makna terkecil, kata. Kata dikombinasikan berdasarkan aturan tata
bahasa/gramatika membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
Struktur tersebut membuat tertib klasifikasi
bagian bahasa, dan urutan segmen dalam proses pembentukan kalimat. Skema ini
dikenal sebagai gramatika struktur-frasa, aturan penulisan. Meskipun memberi
deskripsi struktur bahasa, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan
bagaimana manusia menghasilkan dan memahami bahasa, Melalui proses-proses kognitif apa kalimat dihasilkan dan dipahami, bagaimana ambiguitas sintaksis dapat
dijelaskan, serta bagaimana bahasa diperoleh.
Daftar referensi:
Littlejohn, Stephen
W. 2002. Theories of Human Communication, 7th Edition, Wadsworth
Thompson Learning.